TRIBUNEWS. COM, JAKARTA - Timbunan sampah di Indonesia masih menjadi persoalan lingkungan yang perlu diatasi oleh berbagai pihak, termasuk juga perusahaan-perusahaan yang beroperasi di tengah-tengah lingkungan masyarakat.
Data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Republik Indonesia menunjukkan bahwa jumlah timbunan sampah di Indonesia per tahun 2023 mencapai 17,5 juta ton dan 33,5 persen di antaranya atau sejumlah 5,8 juta ton tidak berhasil terkelola dengan baik.
Dila Hadju, pendiri Tumbuh Hijau Urban mengatakan, penyebab timbunan sampah tidak berhasil terkelola dengan baik salah satunya karena sebagian besar pengelolaan sampah di bangunan/gedung operasional di Indonesia masih mengusung metode kumpul–angkut–buang ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA).
"Metode tersebut tentunya menyebabkan sebagian besar produksi sampah menumpuk di TPA dan menghasilkan emisi gas metana yang menjadi penyumbang pemanasan global terbesar kedua setelah karbon dioksida yang juga menimbulkan dampak buruk terhadap kesehatan masyarakat," katanya saat Instagram Great Talks Episode ke-34 bertopik Reach for a Greater Tomorrow: Jadi Hebat Atasi Sampah dengan Tepat belum lama ini.
Libatkan Pemulung di Industri Ekonomi Sirkular, Cara Efektif Kendalikan Sampah Plastik
Dila Hadju lantas berbagi cara mudah untuk bertanggung jawab terhadap sampah , khususnya sampah harian di rumah dan salah satu langkah termudah adalah membuat sistem pemilahan sampah di rumah.
Pemilahan sampah bisa dimulai lewat dua kategori yaitu sampah organik dan non-organik lalu hasil pemilahan tersebut bisa disetorkan ke waste station yang terdekat dari lokasi rumah.
“Untuk membantu mengurangi persoalan sampah di Indonesia, kita tidak memerlukan segelintir orang yang melakukan usaha yang sempurna, tapi kita memerlukan banyak orang yang melakukan usaha yang sederhana, sesederhana memilah sampah di rumahnya masing-masing,” tutur Dila Hadju.
Special Project, Key Initiatives, and Government Manager Rekosistem, Stevanus Andreas juga membagikan tentang upaya-upaya sederhana yang dapat ditempuh dalam menciptakan kebiasaan memilah sampah , baik di kantor, di rumah, maupun di ruang-ruang publik seperti mal.
"Sebab, salah satu solusi dalam mengurangi timbunan sampah ialah dengan pemilahan tersebut, pengomposan, dan daur ulang. Upaya tersebut dapat mengurangi total emisi gas rumah kaca dari sektor sampah sebesar 84 persen," katanya.
Head of Marketing Great Eastern Life Indonesia, Roy Hendrata Gozalie mengatakan, telah melakukan berbagai insiatif sustainability yang berhasil membantu sejumlah total 12. 000 masyarakat, termasuk dalam membantu mengurangi sampah dengan mendistribusikan 5. 000 kantong belanja ramah lingkungan sebagai pengganti plastik sekali pakai ke seluruh Indonesia.
"Gerakan ini bekerja sama dengan Saya Pilih Bumi (bagian National Geographic Indonesia) dalam rangkaian kampanye Reach for a Greener Tomorrow," katanya.
Stevanus mengapresiasi langkah awal perusahaan itu dalam menyediakan dua kategori jenis sampah , yaitu organik dan non-organik, di titik-titik ruang kerja karyawan dan menyerahkan kepada Rekosistem untuk kemudian diolah menjadi sesuatu yang kembali berdaya guna.
***
Data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Republik Indonesia menunjukkan bahwa jumlah timbunan sampah di Indonesia per tahun 2023 mencapai 17,5 juta ton dan 33,5 persen di antaranya atau sejumlah 5,8 juta ton tidak berhasil terkelola dengan baik.
Dila Hadju, pendiri Tumbuh Hijau Urban mengatakan, penyebab timbunan sampah tidak berhasil terkelola dengan baik salah satunya karena sebagian besar pengelolaan sampah di bangunan/gedung operasional di Indonesia masih mengusung metode kumpul–angkut–buang ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA).
"Metode tersebut tentunya menyebabkan sebagian besar produksi sampah menumpuk di TPA dan menghasilkan emisi gas metana yang menjadi penyumbang pemanasan global terbesar kedua setelah karbon dioksida yang juga menimbulkan dampak buruk terhadap kesehatan masyarakat," katanya saat Instagram Great Talks Episode ke-34 bertopik Reach for a Greater Tomorrow: Jadi Hebat Atasi Sampah dengan Tepat belum lama ini.
Libatkan Pemulung di Industri Ekonomi Sirkular, Cara Efektif Kendalikan Sampah Plastik
Dila Hadju lantas berbagi cara mudah untuk bertanggung jawab terhadap sampah , khususnya sampah harian di rumah dan salah satu langkah termudah adalah membuat sistem pemilahan sampah di rumah.
Pemilahan sampah bisa dimulai lewat dua kategori yaitu sampah organik dan non-organik lalu hasil pemilahan tersebut bisa disetorkan ke waste station yang terdekat dari lokasi rumah.
“Untuk membantu mengurangi persoalan sampah di Indonesia, kita tidak memerlukan segelintir orang yang melakukan usaha yang sempurna, tapi kita memerlukan banyak orang yang melakukan usaha yang sederhana, sesederhana memilah sampah di rumahnya masing-masing,” tutur Dila Hadju.
Special Project, Key Initiatives, and Government Manager Rekosistem, Stevanus Andreas juga membagikan tentang upaya-upaya sederhana yang dapat ditempuh dalam menciptakan kebiasaan memilah sampah , baik di kantor, di rumah, maupun di ruang-ruang publik seperti mal.
"Sebab, salah satu solusi dalam mengurangi timbunan sampah ialah dengan pemilahan tersebut, pengomposan, dan daur ulang. Upaya tersebut dapat mengurangi total emisi gas rumah kaca dari sektor sampah sebesar 84 persen," katanya.
Head of Marketing Great Eastern Life Indonesia, Roy Hendrata Gozalie mengatakan, telah melakukan berbagai insiatif sustainability yang berhasil membantu sejumlah total 12. 000 masyarakat, termasuk dalam membantu mengurangi sampah dengan mendistribusikan 5. 000 kantong belanja ramah lingkungan sebagai pengganti plastik sekali pakai ke seluruh Indonesia.
"Gerakan ini bekerja sama dengan Saya Pilih Bumi (bagian National Geographic Indonesia) dalam rangkaian kampanye Reach for a Greener Tomorrow," katanya.
Stevanus mengapresiasi langkah awal perusahaan itu dalam menyediakan dua kategori jenis sampah , yaitu organik dan non-organik, di titik-titik ruang kerja karyawan dan menyerahkan kepada Rekosistem untuk kemudian diolah menjadi sesuatu yang kembali berdaya guna.